Ada yang bilang bahwa seasonality tidak bisa dijadikan strategi dalam investasi saham. Menurut saya, justru sebaliknya, seasonality bisa menjadi strategi investasi saham. Tidak hanya itu, strategi berdasar seasonality juga bisa menguntungkan. Bahkan bisa mengalahkan indeks acuan (IHSG). Di dalam artikel ini saya akan membuktikan berdasar data dan angka.
Tentang Seasonality
Seasonality adalah fenomena adanya anomali yang membentuk pola siklus di pasar saham. Misalnya seperti saya tulis di artikel Memanfaatkan Siklus Pasar Saham, berdasar data historis, dapat disimpulkan secara rata-rata:
- Bulan yang menghasilkan kinerja paling tinggi adalah Desember (3,91%), diikuti Januari (2,15%)
- Bulan yang lebih sering memberikan kinerja positif adalah Desember, diikuti Januari
- Bulan yang menghasilkan kinerja paling rendah adalah Agustus (-2,85%), diikuti September (-1,33%)
- Bulan yang lebih sering memberikan kinerja negatif adalah September, diikuti Agustus
- Semua bulan berkinerja positif, kecuali Agustus dan September
Seasonality dianggap tidak bisa dijadikan strategi investasi saham, karena beberapa alasan:
- Seasonality bersifat time varying, bisa ada bisa tidak
- Metode pengukuran seasonality banyak error-nya
- Intention awal peneliti keuangan tentang seasonality adalah bukan untuk strategi, tapi untuk membuktikan EMH (Efficient Market Hypothesis)
Untuk poin no 1, saya sih setuju-setuju saja. Memang sifat seasonality demikian. Di artikel tersebut di atas saya juga menulis, bahwa siklus pasar saham adalah rata-rata, jadi memang bisa muncul, bisa juga tidak. Soal ini saya maklum, market kan bergerak secara dinamis. Yang penting apakah variasinya masih bisa ditolerir dalam strategi atau tidak.
Untuk poin 2, metode pengukuran seasonality banyak error-nya. Saya memang hanya menggunakan metode pengukuran biasa, cuma menghitung rata-rata menggunakan spreadsheet. Tidak ada teknik statistik khusus, variabel khusus dll. Tapi saya sih tidak muluk-muluk, perhitungan sederhana sudah cukup. Prinsip saya memang cuma Keep It Simple Stupid (KISS)
Untuk poin 3, saya ini termasuk investor jalanan, tidak punya background finance secara akademik. Saya termasuk orang yang tidak terpaku pada isi text book. Prinsip saya sederhana saja, jika saya melihat sesuatu ada peluang dijadikan strategi kenapa nggak dicoba, di-backtest. Saya melihat seasonality cukup menarik dan berpeluang dijadikan strategi investasi saham. Saya sih praktis-praktis saja, buat saya sesuatu bisa menjadi strategi selama bisa menghasilkan uang. I am not trying to be right. I am just trying to make money.
Nah, apakah strategi investasi saham dengan seasonality bisa menghasilkan uang? Kita lihat lebh lanjut
Tentang Strategi Investasi Saham Menggunakan Seasonality
Untuk memanfaatkan siklus pasar saham, saya mengajukan strategi Sell In May And Go Away yang dimodifikasi. Versi saya: menjual di kisaran bulan Juli, lalu membeli lagi di kisaran bulan September, Oktober atau November. Untuk memudahkan perhitungan saya menggunakan bulan Oktober saja untuk saat beli.
Saya melakukan simulasi, membandingkan bagaimana uang Rp 10 juta bila diinvestasikan dengan strategi Buy And Hold dan strategi Buy And Sell Seasonality selama kurun waktu 1990-2022.
Bagaimana Kinerja Strategi Investasi Saham Menggunakan Seasonality
Beginilah hasilnya:
Strategi investasi saham dengan seasonality dalam kurun waktu 1990-2022 (32 tahun) berhasil membuat uang Rp 10 juta menjadi Rp 651 juta (CAGR 14,67%). Sedangkan kalau memperhitungkan biaya jual beli saham, uang Rp 10 juta bisa menjadi Rp 529 juta ( CAGR 13,94%)
Imbal hasil ini bisa lebih besar lagi, kalau memperhitungkan dividen. Dengan waktu jual bulan Juli dan beli di bulan Oktober pastilah mendapatkan dividen, selama perusahaan membaginya.
Imbal hasil ini jauh lebih besar jika dibandingkan dengan indeks acuan atau IHSG yang hanya bisa membuat Rp 10 juta menjadi Rp 166 juta (9,19%) dalam kurun waktu yang sama
Kesimpulan saya:
- Seasonality bisa dijadikan strategi investasi saham
- Strategi investasi saham menggunakan seasonality bisa menguntungkan
- Strategi investasi saham menggunakan seasonality bisa mengalahkan indeks acuan IHSG, bahkan secara signifikan
Ada yang bilang kalaupun seasonality bisa menghasilkan keuntungan, paling cuma kebetulan.
Apakah benar kebetulan? Bisa jadi. Saya juga tidak bisa tahu ini beneran atau kebetulan. Tapi menurut saya, ini kebetulan yang indah dalam waktu 32 tahun. Buat saya sederhana saja, selama suatu strategi bisa menghasilkan uang secara konsisten dalam jangka waktu lama berarti it works. Setidaknya sampai saat saya menulis artikel ini. Saya tinggal pakai strategi tersebut, sampai akhirnya menjadi tidak ampuh lagi. Gitu aja, nggak pakai repot.
Catatan Penting Untuk Strategi Seasonality
Menurut saya, strategi investasi saham menggunakan seasonality ini merupakan strategi yang memiliki positive expectancy. Artinya bisa menghasilkan profit. Bahkan bisa mengalahkan indeks saham acuan. Tapi ada syaratnya.
Syaratnya kita harus menggunakan strategi ini dalam kurun waktu yang lama. Jika hanya menggunakan sesekali dua kali atau cuma dalam rentang waktu sebentar, ya hasilnya bisa tidak sesuai keinginan. Strategi yang berbasis data angka rata-rata hanya bisa efektif berkinerja kalau dipakai dalam jangka waktu sangat lama.
Perhitungan di atas mengunakan perhitungan berdasar angka IHSG. Artinya asumsinya kita berinvestasi pada saham yang pergerakannya mirip dengan IHSG (Beta = 1). Jika kita memilih saham dengan nilai Beta yang lain kemungkinan hasilnya berbeda juga. Bisa lebih tinggi atau lebih rendah.
Semoga artikel ini bermanfaat