Investasi dan spekulasi adalah hal yang berbeda, namun ada kalanya perbedaan antara investasi dan spekulasi itu sangat samar sehingga kadang sulit mengatakan bahwa seseorang sedang melakukan kegiatan investasi atau spekulasi.

Sebelum membahas lebih lanjut mari kita baca cerita lucu di bawah ini. Cerita ini banyak sekali versinya karena sudah tersebut di berbagai milis, website, dan buku. Saya tidak tahu cerita ini munculnya pertama kali dari mana. Namun cerita ini sangat menarik.

Di sebuah desa, muncullah seorang tuan yang mengumumkan kepada para penghuni desa bahwa dia akan membeli monyet dengan harga 100 ribu per ekor. Para penghuni desa yang melihat banyak monyet di hutan bersegera keluar dan mulai menangkap monyet-monyet itu.

Tuan itu membeli beribu-ribu ekor monyet dengan harga 100 ribu. Ketika persediaan monyet mulai menurun dan para penghuni desa mulai enghentikan usaha mereka, dia mengumumkan bahwa sekarang dia akan membeli monyet pada harga 200 ribu per ekor. Para penghuni desa tergerak, dan mereka mulai menangkap monyet lagi. Persediaan monyet pun semakin menurun dan mereka kembali ke kebun.

Harga penawaran kemudian dinaikkan menjadi 250 ribu per ekor. Karena persediaan monyet sedemikian langka maka diperlukan upaya lebih keras dari sebelumnya. Tak berapa lama Tuan itu mengumumkan bahwa dia akan membeli monyet pada harga 500 ribu per ekor. Tapi berhubung dia harus ke kota untuk urusan bisnis, maka asistennya yang diserahi tugas untuk kepentingannya.

Ketika Tuan itu sudah pergi, asisten itu berkata kepada para penghuni desa: "Lihatlah monyet-monyet di kandang besar yang telah dikumpulkan oleh Tuan. Saya akan menjual monyet-monyet kepada Anda seharga 350 ribu per ekor, dan ketika Tuan kembali, Anda bisa menjual kepadanya dengan harga 500 ribu per ekor." Terjadilah antre panjang para penghuni desa untuk membeli monyet dengan seluruh tabungan yang ada pada mereka. Ternyata setelah itu, baik asisten maupun Tuan lenyap tak berbekas, sementara monyet-monyet ada di mana-mana!

 

Cerita monyet di atas menggambarkan bagaimana penduduk desa berspekulasi untuk mendapatkan untung besar, namun akhirnya kerugian yang di dapat. Di kehidupan riil, cerita seperti ini banyak ditemui, mulai dari kasus agrobisnis anthurium, aglonema, ikan lo han, arisan bodong, dan banyak lagi. Di dalam saham pun kita sering melihat harga saham yang digoreng, diangkat tinggi-tinggi, orang berbondong-bondong membeli, kemudian harga jatuh tak pernah balik lagi. Ujung-ujungnya semua sama. Kerugian bagi banyak orang, terutama yang masuk belakangan.

Agar terhindar dari hal seperti ini, Anda harus membedakan antara investasi dan spekulasi. Suatu kegiatan dianggap investasi jika Anda bisa mengetahui risiko dan mengupayakan cara untuk mengontrol atau menimalisir risiko tersebut. Jika tidak ada upaya tersebut, suatu hal yang awalnya adalah investasi bisa menjadi spekulasi.

Contoh, investasi pada saham dipandang sebagai tindakan investasi, namun kalau seseorang main saham gorengan tanpa tahu isi perut saham tersebut, menggunakan margin berlebihan padahal duitnya cekak, maka itu dapat dianggap tindakan spekulasi. Investor yang lalai, malas, dengan sengaja tidak melakukan analisa atas risiko sebelum membeli saham serta melakukan upaya meminimalisir risiko tersebut dapat dianggap bukan investor lagi tapi lebih sebagai spekulator. Ataukah barangkali lebih cocok disebut sebagai gambler?

Apakah Anda ingin menjadi investor atau spekulator, semuanya tergantung pada pilihan Anda sendiri.

>> Jangan Lewatkan

Rekomendasi sinyal forex

Mau cuan dari forex? Bergabunglah menjadi member rekomendasi sinyal forex JurusCUAN
Info selengkapnya di sini