Ada dua pilihan bila kita mau berinvestasi saham, yaitu melalui Reksa Dana atau langsung bertransaksi jual beli saham sendiri. Masing-masing pilihan memiliki kelebihan dan kekurangan. Namun secara pribadi saya tidak berminat dan tidak mau berinvestasi saham melalui Reksa Dana. Mengapa? Simak artikel ini selengkapnya.

Mengapa Saya Tidak Membeli Reksa Dana Saham

Bagi yang belum tahu, Reksa Dana atau mutual fund bisa diartikan sebagai wadah yang menghimpun dana dari masyarakat, dan kemudian dana tersebut dikelola oleh para manager investasi (fund manager). Dana tersebut dimasukkan ke dalam berbagai instrumen investasi, salah satunya pasar saham. Untuk jasa mengelola dana investor tersebut, manajer investasi mengutip sejumlah biaya kepada investor (dinamakan management fee). Sampai Juni 2019, tercatat ada 2.094 produk Reksa Dana yang aktif, hasil racikan 88 manajer investasi (sumber Bisnis, 2019).

Dilihat dari pengelolaan uang investor, ada beberapa jenis Reksa Dana: Reksa Dana Pasar Uang, Reksa Dana Pendapatan Tetap, Reksa Dana Saham, dan Reksa Dana Campuran.

Sesuai namanya, Reksa Dana Saham memarkir dana kelolaan di pasar saham.

Tetapi saya pribadi tidak mau membeli Reksa Dana Saham. Mengapa? Ada beberapa alasan yang menjadi kekurangan Reksa Dana:

1. Menyukai proses melakukan investasi

Saya pribadi lebih suka berinvestasi sendiri, tidak mau menggantungkan harapan pada orang lain termasuk manajer investasi. Saya tipe orang yang tidak mau berdiam diri, cuma mengharapkan hasil. Pekerjaan sebagai investor yang harus banyak membaca, berpikir, menganalisis merupakan hal yang saya sukai. Ngapain saya menyerahkan pekerjaan yang disukai pada orang lain?

 

2. Membeli Reksa Dana biayanya mahal

Untuk Reksa Dana, setor dan tarik dana dikenakan biaya antara 1%-3% dari nilai investasi. Juga masih ada biaya manajemen per tahun yang kisarannya 1%-3%. Jadi kalau kita menyimpan Reksa Dana dalam jangka waktu lama, keuntungan bisa tergerus biaya-biaya tersebut karena terakumulasi. Sedangkan kalau bertransaksi saham sendiri, kita hanya dikenakan biaya untuk membeli atau menjual saham yang kecil. Yaitu 0,15% untuk membeli saham, dan 0,25% saat menjual saham. Bila kita menyimpan saham dalam waktu lama, tidak dikenakan biaya administrasi atau biaya simpan apa pun. Ngapain saya beli yang mahal biayanya?

 

3. Sulit memilih Reksa Dana terbaik

Menurut saya, sulit untuk memilih Reksa Dana Saham terbaik. Kinerja Reksa Dana pun berfluktuasi dari tahun ke tahun. Suatu kali Reksa Dana A masuk sepuluh besar pencetak imbal hasil tertinggi. Tahun berikutnya sudah terlempar dari sepuluh besar. Reksa Dana Saham yang sekarang mengalahkan IHSG belum tentu nanti tetap bisa mengalahkan IHSG. Kalau kita lihat daftar Reksa Dana Saham terbaik tiap tahun juga berubah-ubah. Jarang ada yang konsisten. Jika kita memilih saham terutama saham blue chip, jauh lebih mudah. Jika kita lihat saham blue chip di pasar, secara konsisten yaitu itu lagi itu lagi perusahaannya. Ngapain saya mempersulit diri sendiri?

 

4. Tidak bisa menganalisis Reksa Dana

Menurut saya, kita sulit atau bahkan tidak bisa menganalisis Reksa Dana. Jika kita memilih Reksa Dana Saham, kriterianya paling perkembangan NAB (Nilai Aktiva Bersih), siapa fund manajernya, dan apa strateginya. Cuma itu. Semuanya juga bukan jaminan. Semua faktor tersebut juga tidak bisa dikuantifikasi dan diperbandingkan dengan Reksa Dana Saham lain. Saya lebih suka menganalisis saham secara langsung dibandingkan menganalisis Reksa Dana Saham. Karena memilih saham artinya kita memilih perusahaan. Dan kita bisa membandingkan perusahaan yang satu dengan perusahaan lain. Bisa diperbandingkan kinerjanya, misalnya dengan membandingkan laporan keuangan atau rasio keuangan masing-masing perusahaan. Dan semua bisa dikuantifikasi. Itu lebih logis. Ngapain saya membeli sesuatu yang tidak bisa dianalisis?

 

5. Kinerja rata-rata Reksa Dana Saham cenderung lebih rendah dari IHSG

Ini adalah alasan utama saya tidak mau membeli Reksa Dana Saham. Perhatikan perbandingan return rata-rata Reksa Dana Saham dan IHSG mulai tahun 2002 sampai 2019 di bawah ini:

Mengapa Saya Tidak Mau Membeli Reksa Dana

Bila kita lihat secara teliti data di atas, secara statistik terlihat fakta bahwa:

  • Mulai tahun 2002 sd 2019 secara konsisten rata-rata return Reksa Dana Saham hanya sebesar 17,64% per tahun. Angka ini belum memperhitungkan biaya management fee dan redemption fee. Jika diperhitungkan, rata-rata return Reksa Dana Saham paling sekitar 12% sd 14% per tahun. Sedangkan IHSG bisa mencapai +21,29% per tahun.
  • Dari tahun 2002 sd 2019 yaitu selama 18 tahun, rata-rata return Reksa Dana Saham lebih besar dari IHSG hanya dalam 5 tahun. Sisanya selama 13 tahun, return Reksa Dana Saham tidak bisa mengalahkan pasar.

Data statistik di atas memang menunjukkan rata-rata, kemungkinan memang ada Reksa Dana Saham yang kinerjanya lebih baik dari IHSG. Tapi masalahnya adalah sulit memilihnya.

Mengapa rata-rata kinerja Reksa Dana Saham lebih rendah IHSG? Hal ini dapat dimaklumi karena memang sulit bagi fund manager sekalipun untuk mengalahkan pasar secara konsisten dalam jangka waktu lama. Ngapain saya beli yang kalahan?

 

Semua hal di atas adalah alasan mengapa saya tidak berminat membeli Reksa Dana terutama Reksa Dana Saham. Pilihan saya berinvestasi saham saat ini adalah bertransaksi membeli saham sendiri secara langsung.

Kesimpulan ini adalah pendapat pribadi. Saya tidak mengatakan Anda harus mengikuti jejak saya, karena pilihan yang saya ambil juga tidak lebih mudah, karena harus banyak belajar dan menganalisis saham sendiri. Orang awam yang sibuk mungkin lebih baik membeli Reksa Dana Saham. Tapi bila Anda memiliki waktu dan mau belajar berinvestasi saham secara langsung, mengapa tidak mencoba berinvestasi saham secara langsung. Mulailah dengan membuka rekening saham di sini.

Semoga menginspirasi

>> Jangan Lewatkan

Rekomendasi sinyal forex

Mau cuan dari forex? Bergabunglah menjadi member rekomendasi sinyal forex JurusCUAN
Info selengkapnya di sini