Setiap saham memiliki karakter masing-masing. Dengan mengetahui karakter saham tertentu, kamu bisa menggunakan strategi investasi yang pas dan sekaligus memaksimalkan imbal hasil dalam investasi saham. Berikut berbagai jenis saham menurut Peter Lynch, yang mengelola Magellan Fund dengan rata-rata imbal hasil tahunan 29%. Ini membuatnya menjadi salah satu Manajer Investasi paling sukses sepanjang masa. Mari kita pelajari sama-sama.

6 Jenis Saham Menurut Peter Lynch

 

Dalam bukunya "One Up On Wallstreet" Peter Lynch menjelaskan bahwa saham bisa dibagi menjadi kedalam 6 jenis berbeda, yaitu:

  1. Slow Growers
  2. Stalwarts
  3. Fast Growers
  4. Cyclicals
  5. Turnaround
  6. Asset Play

Berikut masing-masing penjelasannya:

Slow Growers (Pertumbuhan Lambat)

Slow grower merupakan jenis saham yang perusahaannya yang sudah matang. Pertumbuhannya bisa di bawah 10%. Masa emasnya sudah lewat. Biasanya merupakan perusahaan besar yang pertumbuhannya sudah mentok atau hanya bertumbuh single digit. Risiko saham slow growers terbilang rendah, karena perusahaannya umumnya stabil, memiliki market share besar. Namun imbal hasilnya juga relatif kecil dibanding jenis saham lainnya.

Yang menarik dari jenis perusahaan ini adalah dividennya. Biasanya perusahaan slow growers rajin membagi dividen dan nilainya pun lumayan. Yang perlu diperhatikan saat memilih saham jenis ini:

  • Lihat rekam jejak pembagian dividen. Apakah rutin membagi dividen? Apakah nilai dividen cenderung naik?
  • DY (Dividend Yield) yaitu perbandingan nilai dividen dengan harga saham
  • DPR (Dividend Payout Ratio) yaitu berapa % dari laba yang dipakai untuk membayar dividen. Biasanya lebih rendah lebih baik

Pertumbuhan Lambat

 

Stalwarts (Pertumbuhan Moderat)

Stalwarts adalah jenis saham yang perusahaannya tumbuh secara moderat. Biasanya sekitar 10-15% dan kadang memberikan dividen yang tidak terlalu besar, tapi lumayan lah. Saham jenis ini dapat memberikan profit yang moderat. Risikonya juga termasuk moderat. Perusahaan seperti ini biasanya sudah lumayan posisi bisnisnya, tapi bisa hancur juga bila menghadapi kompetisi baru.

Yang menarik dari saham jenis ini adalah capital gain. Biasanya bisa memberikan keuntungan lumayan sampai puluhan persen dalam waktu setahun-dua tahun. Tapi fluktuasi harganya juga lumayan kenceng. Yang perlu diperhatikan saat memilih saham jenis ini:

  • PER (Price Earning Ratio) yaitu perbandingan laba dengan harga saham terkini. Sebaiknya cari yang di bawah rata-rata industri
  • ROE (Return On Equity) yaitu perbandingan laba dengan ekuitas. Cari yang stabil menguat

Pertumbuhan Moderat

 

Fast Growers (Pertumbuhan Cepat)

Fast growers berisi saham yang perusahaannya tumbuh sangat cepat. Bisa mencapai lebih dari 20% per tahun. Biasanya perusahaan kecil. Berinvestasi di perusahaan seperti ini memiliki potensi imbal hasil besar. Tapi risikonya juga sangat besar. Perusahaan bisa bangkrut, karena kekurangan dana, kompetisi sampai mis-management. Oleh karena itu saham jenis ini merupakan high risk high return.

Yang menarik dari saham jenis ini adalah potensinya menjadi multibagger. Tapi ya risikonya juga sangat besar. Yang perlu diperhatikan dalam memilih saham jenis ini:

  • PER. Biasanya fast growers punya PER tinggi. Bisa 20 kali lebih. Yang penting, jangan pilih PER yang sudah tinggi sekali gila-gilaan
  • Earnings growth. Bagaimana pertumbuhan pendapatannya. Angka kisaran 20-25% adalah favorit Peter Lynch
  • Apakah masih bisa bertumbuh lagi? Cek produk / layanannya apakah berpotensi meraih market share lebih besar
  • Institutional ownership. Perusahaan fast growers umumnya rapuh. Dengan adanya kepemilikan institusi yang kuat biasanya bisa menjadi backup kalau terjadi hal yang kurang kondusif

Pertumbuhan Cepat

 

Cyclical (Siklikal)

Cyclical berisi saham yang perusahaannya bertumbuh cepat lalu menurun secara berulang. Contohnya sektor komoditas, otomotif, properti, konsumer siklikal. Perusahaan siklikal sangat bergantung pada harga komoditas yang diproduksinya atau kondisi ekonomi. Timing masuk sangat penting di sini. Contoh timing saham komoditas berkebalikan dari harga komoditasnya. Saat harga komoditas anjlok, justru akumulasi sahamnya. Saat harga komoditas sudah naik tinggi, lepas sahamnya. Jadi strateginya lebih ke arah kontrarian. Namun karena melakukan timing yan tepat itu susah, investasi di saham siklikal biasanya berisiko cukup besar.

Yang perlu diperhatikan dalam memilih saham jenis ini:

  • Perhatikan supply dan demand dari produk / layanan perusahaan
  • PER. Membeli saat PER rendah untuk antisipasi siklus berikutnya
  • Perhatikan siklus dari produk / layanan perusahaan. Semakin kamu mengenal karakter siklusnya, semakin besar potensi keuntungan yang bisa diraih

Siklus ekonomi

 

Turnaround (Berbalik)

Turnaround merupakan saham yang perusahaannya berubah kondisi fundamentalnya dari jelek jadi bagus. Ibaratnya dari bebek buruk rupa menjadi angsa yang menawan. Agak mirip dengan saham siklikal, tapi perubahan yang terjadi biasanya bukan karena produk / layanan semata tapi lebih pada kemampuan manajemen perusahaan mengubah kondisi. Imbal hasil berinvestasi di saham seperti ini biasanya sangat besar, bisa naik ratusan persen dalam waktu singkat. Karena saat dibeli biasanya masih undervalue. Namun juga berisiko sangat tinggi, kalau fundamentalnya gagal berubah.

Yang perlu diperhatikan dalam memilih saham jenis ini:

  • Perhatikan perubahan kinerja laporan keuangan, misalnya dari merah ke hijau
  • Perhatikan penyebab perubahan tersebut, apakah long lasting
  • Perhatikan cash perusahaan. Biasanya perusahaan yang bisa berubah dari jelek ke bagus punya posisi cash yang kuat
  • DER (Debt Equity Ratio). Perhatikan utang perusahaan. Biasanya perusahaan yang bisa bertahan saat krisis punya utang kecil atau tidak punya utang

Berbalik arah

 

Asset Play (Permainan Aset)

Asset play adalah saham yang perusahaannya memiliki aset bernilai besar tapi harga sahamnya masih murah (undervalue). Investor yang membeli saham jenis ini membandingkan nilai aset riil perusahaan dengan harga pasar sahamnya. Biasanya membeli saham asset play bisa low risk high return. Cuma masalahnya kadang supaya harga saham naik sehingga mencerminkan nilai aset yang benar perlu waktu sangat lama.

Yang perlu diperhatikan dalam memilih saham jenis ini:

  • Perhatikan nilai aset perusahaan
  • PBV (Price to Book Value). Perbandingan harga saham dibanding nilai buku perusahaan. Semakin rendah semakin bagus

Membaca laporan keuangan

 

Kesimpulan

Buku One up on Wall Street karya Peter Lynch ditulis pada tahun 1989. Walaupun demikian, sampai beberapa dekade kemudian, pembagian saham menjadi 6 jenis tersebut masih bisa diaplikasikan sampai saat ini.

Keenam jenis saham tersebut merupakan pembagian karakter saham secara garis besar. Perhatikan juga bahwa setiap saham bisa berubah jenis karakternya sesuai perkembangan bisnisnya.

Jika bisa memahami dengan teliti masing-masing karakter saham, kita bisa mengaplikasikan strategi investasi yang sesuai. Akhirnya diharapkan kita bisa meraih imbal hasil maksimal dalam investasi saham.

Semoga artikel ini bermanfaat dan membuat kamu menjadi investor saham yang lebih berhasil

>> Jangan Lewatkan

JurusCUAN Community

Segera bergabung bersama ribuan trader lain ke JurusCUAN Community
Saling belajar dan diskusi bersama tentang trading saham, forex, dan lainnya